Pembenihan Kakap Putih (Lates calcarifer Bloch)  

Posted by zry kendji in ,

Keberhasilan dalam penerapan teknologi pembenihan kakap putih di Loka Budidaya Laut Batam diharapkan mampu mengatasi masalah keterbatasan benih yang selama ini menjadi kendala utama dalam pengembangan budidayanya. Potensi lahan budidaya yang cukup memberikan peluang, dengan penawaran harga yang cukup menarik merupakan daya dukung tersendiri bagi terselenggaranya kegiatan budidaya dalam rangka diversifikasi usaha.
Aspek Biologi
Kakap Putih bersifat Euryhaline dan Katadromus hidup di perairan tropik dan subtropik Indopasifik Barat. Ikan jantan yang telah mencapai bobot 2-2,5 kg dapat berubah kelamin menjadi betina (Protandry Hermaprodite).

Teknologi Pembenihan
1. Pengadaan dan Pemeliharaan Induk

Calon Induk dapat diperoleh dari hasil tangkapan di alam maupun hasil penangkaran. Untuk mempercepat pematangan kelamin, calon induk dipelihara di laut dengan menggunakan jaring apung, kepadatan 1 ekor per 1-2 menter per kubik air.
Pakan berupa ikan rucah segar diberikan 1 kali sehari dengan jadwal waktu yang tetap. Dosis pakan 5% dari total berat badan per hari, kemudian diturunkan menjadi 1-3% pada saat musim pijah tiba.
Pengontrolan kondisi fisik sarana pemeliharaan dilakukan rutin setiap hari, penggantian jaring sebulan sekali untuk mencagah lolosnya ikan, mengurangi Fauling Organisme dan menciptakn suasana yang nyaman serta alami.
2. Seleksi Induk
Kriteria induk yang baik untuk dipijahkan :

  • Induk sehat berwarna kelabu cerah
  • Gerakan aktif
  • Sirip dan sisip lengkap serta tidak cacat
  • Mata berwarna jernih
  • Umur minimal 3 tahun dengan berat badan 2-5 kg/ekor
  • Ukuran diusahakan seimbang
Pemeriksaan tingkat pematangan gonad dapat dilakukan dengan cara stripping atau kanulasi terhadap ikan yang telah dipingsankan dengan Ethylineglicol monophenil ether 200 ppm. Oocyst yang siap dipijahkan berdiameter 0,4-0,5 mm.
3. Pemijahan
Dilakukan dengan cara menginduksi hormon LH – RH a pada induk jantan dan betina pilihan secara intramuscular dibawah sirip punggung. Penyuntikan dilakukan satu kali (pukul 10.00 pagi) dengan dosis 0,05 mg per kg berat total ikan.
Sex ratio pemijahan 1:1, secara normal ikan akan memijah pada malam hari (± 32 jam setelah penyuntikan hormon).
4. Pemanenan dan Penetasan Telur
Telur yang baru saja dipanen diseleksi, kemudian dipindahkan ke dalam bak penetasan dengan kepadatan telur 50-100 butir/liter air. Masa inkubasi ± 18 jam, dan larva yang baru menetas memiliki panjang total 1,60 ± 0,04 mm.
5. Pemeliharaan Larva dan Benih
Bak pemeliharaan larva dilengkapi dengan pipa pemasukan dan pembuangan air, serta unit aerasi untuk mensuplai oksigen. Secara ringkas jadwal kegiatan operasional pemebrian pakan, penggantian air media dan penjarangan padat tebar benih hingga umur 30 hari dapat dilihat pada lampiran berikut.
Efesiensi Pemeliharaan
Setiap kilo bobot induk dapat menghasilkan telur sekitar 0,6-0,76 juta butir. Saat kondisi normal tingkat penetasan mencapai 85%. Tingkat kelulushidupan larva pada umur 15 hari (70-80%) dan pada umur 30 hari (30-50%).

Dalam satu tahun bisa dilakukan 8 kali pemijahan, dimana setiap kali produksi membutuhkan waktu kurang lebih 40 hari, dengan produksi benih 5000 ekor/m3, umur 30 hari.
Sumber : Loka Budidaya Laut Batam

Pembenihan Kakap Putih (Lates calcarifer Bloch) dengan Manipulasi Rangsang Hormonal

0 komentar

Posting Komentar